business

Mengenal Mochtar Riady, Pendiri Lippo Group yang Masuk Daftar Triliuner Versi Majalah Forbes 2024

Senin, 2 Desember 2024 | 21:51 WIB
Potret Pendiri Lippo Group, Mochtar Riady. (YouTube.com / Gilbert Lumoindong)

Memulai Bisnis dari Jualan Batik

Dalam kesempatan yang sama, Riady juga mengungkap tentang masa ketika dirinya memikirkan tentang bisnis pada tahun 1950 silam.

Pria berusia 96 tahun itu menyebut berdagang adalah hal yang paling ideal untuk berbisnis, mengingat sang ayah adalah seorang pedagang batik di kawasan Malang, Jawa Timur.

"Tahun 1950 saya kembali ke Indonesia, mulai memikirkan usaha apa yang perlu saya tekuni, Yang gampang, ayah saya dagang batik, jadi saat itu saya ikut jualan batik," tutur Riady.

Riady mengaku kala itu memacu dirinya agar dapat menjual sebanyak 8 pakaian batik agar dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari.

"Saat itu saya hitung-hitung setiap hari saya harus bisa menjual 8 batik untuk bisa hidup," ungkapnya.

Pendiri Lippo Group itu juga menjelaskan pada masa itu penuh dengan kekhawatiran dagangannya tidak dibeli oleh para pejalan kaki di kawasan Kayutangan, Malang.

"Di kawasan Kayutangan, Malang, saat itu semua penuh dengan pedagang lain. tidak ada toko yang kosong. Jadi kalau saya buka toko batik, saya takut tidak orang yang berkunjung pada saat itu," sebut Riady.

Menemukan Filosofi Hidup Damai

Riady juga bercerita momen saat dirinya menemukan ajaran filosofi Lao Tzu saat dirinya tengah membaca sebuah koran di kawasan Kayutangan, Malang pada tahun 1950 silam.

Bagi yang belum tahu, Lao Tzu adalah seorang filsuf terkenal asal Tionghoa yang dikenal sebagai pendiri ajaran Taoisme.

"Saat itu saya sangat susah, sempat putus harapan, tidak ada satu akal agar bisa hidup sendiri Suatu hari, saya membaca koran Tionghoa itu ada headline Filosofi Lao Tzu," terangnya.

Riady pun menuturkan, filosofi ini mengajarkan tentang empati dan hidup damai dan seimbang dengan alam semesta.

"Melihat Lao Tzu ini saya langsung berpikir, Lao Tzu bercerita tentang alam semesta, kenapa saya harus mencari tentang besok makan apa, besok harus berbuat apa," terangnya. 

Terkait hal itu, kemudian Riady berpikir untuk lebih fokus untuk berbuat baik kepada orang lain daripada mengeluh tentang kehidupan yang dinilai tak ada habisnya.

Halaman:

Tags

Terkini