Sebuah jajak pendapat Reuters pada bulan November lalu, menunjukkan bahwa sementara ini hanya sekitar 14 persen saja perusahaan Jepang, membebankan kenaikan biaya kepada pelanggannya. Namun, sekitar 40 persen lainnya sedang dan baru berencana untuk melakukannya.
Baca Juga: Pakaian yang Dikenakan Anggota BTS ketika Pergi ke Los Angeles
Meski begitu, Okazaki mencatat bahwa memutuskan untuk menaikkan harga bukanlah masalah yang mudah, terutama bagi perusahaan yang bersaing dalam masalah harga (perang harga).
"Kebijakan dasar kami adalah menghindari kenaikan harga sebanyak mungkin, mengingat pelanggan kami memiliki ekspektasi (red: harapan) biaya yang ketat, tambah Okazaki.
Di sisi lain, Fast Retailing (Uniqlo) membuka toko utama (megastore) di Beijing pada November lalu. Hal itu sekaligus sebagai megastore ketiganya di daratan China.
Baca Juga: Ini Caranya, Tips Mencuci Baju seperti di Hotel Bintang 5
Uniqlo sendiri berencana untuk membuka setidaknya 100 toko lewat berbagai lokasi di negara itu ke depannya setiap tahun.
Namun, tampaknya akan disertai dengan resiko produksi berkelanjutan, serta penundaan logistik yang telah banyak menjangkiti perusahaan-perusahaan, dengan lini bisnis utama mereka adalah menjual pakaian.
Saham Fast Retailing (Uniqlo) sendiri telah jatuh sebesar 9,5 persen pada tahun ini, dibandingkan dengan penurunan sebanyak 1,1 persen pada indeks acuan Nikkei 225 (N225).
Baca Juga: Youtuber Ria Ricis Siap Dilamar, Sudah Melakukan Fitting Baju Tinggal Tunggu Jadi
Hingga kini, belum ada informasi lanjutan mengenai bagaimana kebijakan kenaikan harga produk Uniqlo di negara-negara lain, seperti Indonesia.
Kalian sendiri yang belakangan ini telah mampir ke toko-toko Uniqlo, apakah sudah merasakan adanya kenaikan harga? ***