ENAMPAGI - Film Spider-Man: "No Way Home" nampaknya tengah berada di atas puncak kepopuleran.
Menurut laporan terbaru Sony, Spider-Man: "No Way Home" telah melampaui pencapaian yang pernah dilakukan film Avengers: Infinity War.
Dilansir dari Screenrant, Spider-Man: "No Way Home" meraih pendapatan sebesar 260 juta dollar secara domestik di minggu pertama.
Membuatnya menjadi film kedua dengan pendapatan terbesar di pembukaan minggu pertama, mengalahkan film Avengers: Infinity War yang mendapat 257 juta dollar, dan film yang mengungguli "No Way Home" adalah Avengers: Endgame.
Film Spider-Man: "No Way Home" menunjukan performa yang baik mengingat situasi masih dalam pandemi, apalagi jika dibandingkan Avengers:"Infinity War" yang dirilis pada tahun 2018.
Menarik untuk kita nantikan bagaimana performa film ini di beberapa minggu kedepan.
Liburan akhir tahun dan Natal seharusnya menjadi waktu yang menguntungkan untuk sebuah Film yang tayang di bioskop, walaupun harus diakui kita harus tetap waspada terhadap varian baru virus Omicron.
Performa yang ditunjukan oleh film Spider-Man: No Way Home setidaknya menunjukan harapan baru bagi dunia perfilman untuk bisa bangkit di era pandemi.
Nostalgia, tren baru dunia perfilman
Dengan hadirnya Villain lama yang hadir di Film Spider-Man: "No Way Home", dunia film sepertinya akan mengalami tren baru.
Tren dimana sebuah film menampilkan karakter lama, film lama reboot dan lain sebagainya.
Di satu sisi hal seperti ini mirip sebuah judi, bisa berhasil atau gagal.
Menurut Screenrant, perusahaan film bergerak dan beroperasi berdasarkan basis finansial daripada kreatif, film yang sudah muncul biasanya sudah memiliki basis penonton tetap dan bisa dikatakan memberi profit.
Industri hiburan selalu berputar, dan bisa memahami jika tren reboot bisa menguntungkan.
Disisi lain penikmat film bisa saja merasa jenuh atas tren ini dengan cepat.
Namun hal itu bisa saja teratasi dengan implementasi seperti dilakukan oleh film Spider-Man: No Way Home, mereka membawa aspek nostalgia namun tetap memberi subtansi baru yang bisa berdiri sendiri di dalamnya.
Mereka mampu menggunakan nostalgia dengan cara tepat tanpa membuat penonton merasa bosan.***