“Untuk saat ini, ini adalah jadwal konser terakhir kami” kata Jin dengan suara emosional.
Konser yang diadakan secara gratis ini, bertujuan untuk mendukung upaya Korea Selatan menjadi tuan rumah World Expo 2030 di Busan. Lalu, menarik lebih dari 50.000 penggemar.
Sehingga, puluhan ribu penggemar, tanpa tiket, berkumpul di berbagai bagian Busan untuk menonton siaran langsung konser di layar besar.
Dan mengambil foto di landmark kota yang diterangi warna ungu, warna khas BTS.
Baca Juga: Populer! Danau Kaolin, Destinasi Wisata Alam yang Cocok untuk Healing di Bangka Belitung
Pihak yang berwenang mengatakan acara akhir pekan itu diharapkan menarik sekitar 100.000 pengunjung domestik dan internasional ke kota pelabuhan selatan.
Saat waktu terus berjalan bagi BTS untuk mendaftar wajib militer, pejabat Busan khawatir jika kehilangan dukungan untuk tawaran pameran mereka di World Expo 2030 dari boyband terbesar di dunia tersebut.
Walikota Busan bahkan mengajukan petisi kepada pemerintah pusat untuk membebaskan BTS dari wajib militer.
Sehingga group yang berpengaruh terhadap Korea Selatan itu dapat melanjutkan kegiatannya sebagai wajah tawaran dari World Expo 2030.
Baca Juga: Hutan Magis ala 'Lord of The Ring' : De Djawatan Benculuk Banyuwangi, Wisata Dunia Lain!
Kim, mahasiswa di Busan, mengatakan dia tidak tertarik dengan tawaran pameran World Expo tersebut pada awalnya.
Karena dia ingin kotanya untuk fokus pada masalah jangka panjang seperti pengangguran kaum muda, daripada acara satu kali.
Sekarang karena kedatangan BTS, dia berkata “Saya senang pameran itu membawa band favorit saya ke kota saya.”
Namun, dibalik itu terdapat pula pihak yang merasa keberatan. Seperti Yoon Jung-sil, pria usia 73 tahun yang tinggal di Apartemen persis di samping Stadion tempat konser di Busan.
Baca Juga: Update!!! Negara Dengan Angka Perselingkuhan Tertinggi di Dunia, Nomor 4 Mengejutkan!
Menurut Jung-sil, tangisan "gembira" dari penggemar BTS telah mengganggu akhir pekan yang seharusnya tenang baginya.
Dia mengatakan konser tersebut telah menjadi "percobaan administratif" untuk kotanya, dengan alasan kemacetan lalu lintas dan harga-harga di sektor perhotelan.