“Iya bener bener, bener itu request yang pertama itu karena setelah itu memang gak ada dan tidak pernah kepikiran untuk ngobok-ngobok juga enggak ada”, lanjut Tasya.
Tasya menyebutkan bahwa beberapa karakter di Karen's Diner di buat berbeda-beda seperti ada yang marah, untuk Tasya sendiri dibuat sebagai karakter yang jutek, judes, malas dan hanya menggunakan mimik wajah saja.
Sedangkan untuk karakter pemarah biasanya hanya menggunakan suara bernada tinggi.
Baca Juga: Lirik Lagu 'Mengejar Matahari' oleh Keisya Levronka: Tak Akan Berhenti Mengejar Matahari
Dalam pelayanannya para pegawai disini harus mampu membaca situasi dan karakter pengunjung karena tidak semua pengunjung bisa di roasting.
Tasya menyebut bahwa image para pelayan di Karen's Diner itu bukan marah tetapi lebih kepada pelayan yang malas dan judes.
Menurut Tasya, bisa dikatakan berhasil sebagai Karen’s itu apabila sudah jutek, judes, males tetapi pengunjung tetap bisa tertawa.
“Padahal kita gak ngelawak tapi orang tuh tetep ketawa tetap fun gitu, itu baru Karen’s”, tutur Tasya.
Baca Juga: Keren! Jogja Rasa Bali, Destinasi Wisata Suwatu By Mill and Bay Bikin Gak Mau Pulang, Cek Disini
Tasya menceritakan bahwa beberapa pelanggan atau pengunjung disana masih banyak yang tidak mau kalah atau ingin membuat para Karen's menunduk padahal sebenarnya tidak bisa atau tidak diperbolehkan.
Tidak sedikit pengunjung yang tersulut atau terpancing emosi. Menurut Tasya bahkan ada salah seorang pengunjung yang bisa sampai memaki-maki dirinya karena sikap dia yang judes kepada pelanggan.
Menjadi pelayan di Karen's Diner ini terdapat suka duka namun kebanyakan selalu dipandang negatif oleh sebagian orang.
"Dukanya imagenya being Karen's terus gak jadi being Tasya", tutur Tasya.
"Dukanya itu ajasih oh paling ya banyak yang bodyshaming sih gak sedikit banyak yang bodyshaming karena kan beda kan kulitnya standarisasi indo gak tau deh aku banyak yang bodyshaming. Tapi banyak sukanya karena aku enjoy", ujar Tasya.