Kita berdua lalu berdiskusi, akhirnya karena saya penasaran ya mau gak mau kita masuk terus. Sebelum itu, dia meminta saya berdoa saat masuk ke ‘belakang’. Saya ikuti saja. Dia juga berdoa.
Saya paham maksudnya, karena tempat ini begitu luar biasa. Yah, daripada kita menghilang selamanya, gak bisa pulang ke rumah. Seketika rumah saya yang tak karuan rupanya, seketika menjadi rumah paling indah. Home sweet home.
Dengan langkah lambat kita berjalan. Lalu sampailah kita di sebelah belakang yang sudah penuh daun kering. Gedungnya masih sama, hanya tampak lapuk yang tak terlihat terutama bagian kayu bagian tangga.
Semuanya baik-baik saja. Akhirnya seperti happy ending, kita pulang. Dengan selamat lagi. Dan membawa kenangan, bahwa saya sudah melihat kembali kampus ISI yang lama untuk melepas rindu.
Saya akhirnya paham, kenangan itu akan terus hidup. Jika ada yang berkata, Jangan melihat ke belakang.’ Itu bagus juga di saat yang tepat. Namun terkadang, untuk mengisi kembali ‘rasa’, perlu pula melihat ke belakang. Itu tidak salah.
Gedung, patung, dinding kaca, kayu lapuk, awan biru, ilalang, udara panas, hembusan angin, dan daun kering, merekalah paduan sempurna kala itu.***
Artikel Terkait
10 Ciri-Ciri Datangnya Makhluk Halus di Sekitar Kita, yang Mungkin Pernah Anda Rasakan
7 Kampus Swasta Terbaik di Indonesia Menurut QS World Rankings 2024
Berikut Pandangan Islam dan Dunia Tentang Kepercayaan Kucing Pembawa Rezeki
Kisah Pemuda Bermimpi Buka Puasa Bersama Al Aina Al Mardhiyyah Bidadari Surga
Kisah Raja Namrud yang Menikahi Ibu Kandungnya Sendiri Hingga Menganggap Dirinya Tuhan