Paus Fransiskus Ungkap Indonesia Banyak Anak, Intip Bahaya Childfree yang Mengintai

- Sabtu, 14 September 2024 | 10:37 WIB
Ilustrasi seorang bayi (Unsplash.com/Valeria Zoncoll)
Ilustrasi seorang bayi (Unsplash.com/Valeria Zoncoll)

ENAMPAGI.ID - Kunjungan Paus Fransiskus pada 3-6 September 2024 lalu menjadi perbincangan hangat bagi masyarakat Indonesia.

Selain menegaskan pesan toleransi antar umat beragama, Paus Fransiskus juga menyoroti keluarga di Indonesia mempunyai banyak anak.

Hal ini dituturkan Paus Fransiskus karena di luar negeri, banyak orang lebih memilih mengasuh hewan peliharaan daripada mengasuh anak.

"Saya mendengar keluarga di Indonesia masih memiliki 3-4 anak, ini sebuah contoh yang bagus bagi negara lain. Karena banyak negara tidak lagi mau memiliki anak tetapi memiliki hewan peliharaan seperti kucing," kata Paus Fransiskus dalam siaran YouTube Sekretariat Presiden, pada Rabu, 4 September 2024.

Baca Juga: 11 September Jadi Hari Radio Nasional, Ini Perbedaan Radio dengan Podcast di Era Digital

Ungkapan Paus Fransiskus ini membuat publik menyoroti soal fenomena childfree atau bebas anak.

Fenomena childfree hangat diperbincangkan publik karena dianggap sebagai sebuah pilihan hidup pasangan dewasa untuk tidak memiliki anak, baik secara biologis maupun adopsi.

Lantas, bagaimana tren childfree yang terjadi di Indonesia?

Baca Juga: Putra Dokter Boyke Setiawan Ungkap Arsip Proposal Prabowo untuk Dirikan SMA Taruna Nusantara Tahun 1988

Awal Mula Tren

Childfree menjadi tren pada masa modern. Awal mula tren ini masuk ke Indonesia karena terdapat salah satu influencer bernama Gita Savitri Devi yang memutuskan untuk tidak memiliki anak.

Gita dan suaminya merasa sudah nyaman dan Bahagia dengan kehidupannya, sehingga tidak ingin memiliki anak.

Selain itu, Gita mengklaim keputusan childfree ini didasari pada tanggung jawab seumur hidup bagi anak di dalam keluarga mereka.

Berkaca dari keputusan childfree yang diungkapkan oleh Gita, berikut ini deretan ancaman yang mengintai dari fenomena bebas anak yang terjadi di Indonesia.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Fauzi Ghanim

Sumber: Jurnal Syntax

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X