ENAMPAGI - Kerja full-time di Jepang memang menjadi dambaan bagi sebagian Orang, negara asia yang terkenal akan makanan, industri otomotif, dan budayanya ini memang disegani bahkan oleh negara non-Asia.
Bagi kamu yang berniat sebaiknya ketahui hal penting yang harus kamu tahu agar bisa menjadi bahan pertimbangan sebelum memilih.
Akun Youtube dengan Subscriber sebanyak 265 ribu bernama SHUNchan membahas mengenai hal penting yang harus kamu tahu sebelum memulai kerja full-time di Jepang.
Ia merupakan seorang Salaryman sebutan populer di Jepang untuk orang yang menggantungkan hidupnya dari gaji.
Video youtubenya yang di unggah pada 12 desember 2021 telah disaksikan oleh 183 ribu lebih pengguna youtube saat tulisan ini dibuat.
Ia sebelumnya adalah pekerja full-time di jepang namun berhenti karena ingin mencoba dan mencari sesuatu yang baru.
Dalam video itu ia pun berniat berbagi hal-hal penting untuk orang tahu mengenai kultur kerja dijepang dan bagaimana sistemnya.
Pembayaran lembur tetap
Ini adalah sistem dimana kamu bekerja dengan gaji dasar yang sudah termasuk biaya lembur dengan premis kamu bekerja lembur untuk durasi jam tertentu.
Shunchan mengatakan jika kebanyakan perusahaan durasinya ada disekitar 30-45 jam dan bisa juga menyentuh angka 60 jam, jadi gaji kamu tidak akan berkurang atau bertambah terlepas dari berapa lama kamu bekerja diluar jam normal.
"sekilas ini memang terlihat adil, bahkan untukku" ujar Shunchan, terlepas dari jadwal kerja yang sibuk atau sepi gaji kita akan tetap sama.
Namun pada kenyataannya, Seringkali tidak ada kata jadwal kerja yang sepi. Dan hal inilah yang bertanggung jawab pada jam kerja orang jepang yang lama.
Sebagai contoh misalnya kamu mempunyai gaji yang sudah termasuk jadwal lembur dengan durasi 60 jam, itu berarti kamu akan bekerja 3 jam lebih banyak setiap harinya dari jadwal normal 8 jam.
"Bekerja selama 11 jam per hari apakah layak? hal itulah yang aku tidak pikirkan diawal," ujarnya.
Senioritas, bukan Skill
Shunchan mengatakan di Jepang senioritas adalah hal yang normal bukan hanya ditempat kerja tapi dalam kultur Jepang juga, dan ternyata hal ini memiliki peran besar di tempat kerja.
Seringnya kamu akan mendapatkan kenaikan gaji berdasarkan umur dan berapa lama kamu bekerja disuatu perusahaan terlepas dari jumlah keuntungan yang kamu dapat atau performa yang diberi kepada tempat kerja.
Sehingga jika orang asing bekerja di Jepang dan kemudian memutuskan untuk pindah setelah kontrak berakhir, gaji mereka akan kembali ke awal.
Sistem "new graduate recruitment"
Sistem dimana tempat kerja merekrut langsung pekerja baru dari Universitas, karena perusahaan memprioritaskan potensi individu dan motivasi daripada kemampuan yang mereka miliki saat ini dan pengalaman yang mereka punya.
Sebagai lulusan baru tanpa pengalaman kamu ibarat sebuah kertas kosong besar, ketika kita mendapat pelatihan dan dibayar selama berbulan-bulan.
Dalam proses pelatihan ini, kamu seperti membangun hubungan pertemanan dengan peserta yang lain dan juga membangun loyalitas pada perusahaan.
Pada satu sisi Shunchan merasa bahwa ini merupakan suatu keuntungan, "karena di Amerika bahkan orang dengan gelar 'Master' saja masih sulit mendapatkan pekerjaan.
Sementara di Jepang perekrutan pekerja dari universitas adalah sebesar 95%, terlepas mau apa jurusannya dan bagaimana prestasinya.
Setelah lulusan tersebut mulai bekerja, mereka tidak bisa menggunakan "kartu" lulusan baru lagi.
Tetapi menjadi bergantung pada nilai market mereka yang menjadi sangat turun sebagai pekerja, sehingga ada rasa takut menjadi pengangguran jika pindah tempat kerja, dan memilih tetap bertahan disatu tempat meskipun kurang merasa cocok.
Itulah sebabnya banyak orang Jepang memilih tetap kerja di satu perusahaan spesifik dan menjadi ahli di perusahaan itu, sementara di kebanyakan negara, adalah hal lumrah jika kita berpindah tempat kerja selagi mengembangkan karir menjadi lebih baik.
Diatas adalah beberapa hal yang bisa membantu kamu dalam mengetahui lebih banyak mengenai sisi lain dunia kerja Jepang.***