Pada zaman dahulu, sabun mandi susah didapatkan sehingga diganti dengan limau atau jeruk nipis karena dianggap bisa melarutkan minyak atau keringat dalam badan.
Baca Juga: 15 Ucapan Permintaan Maaf untuk Menyambut Bulan Suci Ramadhan, Bisa Dibagikan ke Sosial Media
5. Tradisi Nyadran (Jawa)
Nyadran berasal dari bahasa Sanskerta “Sraddha” artinya keyakinan, dalam bahasa Jawas”Sadran” artinya ruah syaban.
Tradisi Nyadran adalah tradisi membersihkan makam oleh masyarakat Jawa umumnya di pedesaan. Kegiatannya membersihkan makam, tabur bunga, dan puncaknya kenduri keselamatan di makam leluhur.
6. Tradisi Malamang (Sumatera Barat)
Malamang merupakan tradisi masyarakat Minang dalam menyambut hari-hari besar islam menyuguhkan makanan untuk tamu yang berkunjung ke rumah.
Baca Juga: Lirik lagu Tomboy oleh GIDLE: Comeback Pertama Tanpa Soojin
Biasanya disuguhkan lemang, yaitu merupakan olahan beras ketan putih dipadukan dengan santan, dimasak dengan bambu selama 4-5 jam sampai matang.
7. Tradisi Dandangan (Kudus)
Tradisi Dandangan diyakini sebagai salah satu tradisi peninggalan Sunan Kudus sejak 450 tahun lalu yang dilakukan untuk menyambut awal Ramadhan.
Dahulu, pengumuman awal Ramadhan dilakukan oleh Jakfar Sodiq melalui pengeras suara di menara Kudus dan diiringi tabuhan bedug masjid yang berbunyi “dang dang dang”. Kemudian kerap disebut Tradisi Dandangan.
Baca Juga: Update Terbaru, Polisi Memeriksa Bukti Baru Video Rekaman CCTV SebelumTangmo Nida Tenggelam
8. Tradisi Mungguhan (Jawa Barat)
Tradisi Mungguhan adalah kumpul keluarga besar untuk saling bermaaf-maafan sambil menikmati sajian makanan khas.
Mungguhan dilaksanakan oleh hampir semua masyarakat Sunda dengan caranya masing-masing. Salah satu bentuk acara makan bersama dalam istilah Sunda disebut “botram” dilakukan sambil bertamasya di pegunungan, sawah, atau tempat wisata lainnya.
9. Tradisi Pacu Jalur (Riau)
Tradisi Pacu Jalur berasal dari Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau. Jalur adalah perahu besar yang dapat memuat 40-50 orang anak pacu, sedangkan pacu artinya lomba adu cepat. Anak pacu adalah orang yang mengendalikan perahu tersebut.
Jalur terbuat dari pohon banio atau kolang pujian dengan panjang 30m, tradisi ini mirip dengan lomba dayung. Dilakukan di sungai Batang Kuantan dengan panjang lintasan mencapai 1km. ***