Konon katanya Permainan Angklung diciptakan dan dimainkan oleh masyarakat Baduy untuk merayu Dewi Padi agar turun kebawah tepatnya di daerah yang akan menanam padi dan berharap tanaman padi tersebut diberi kesuburan.
Bambu yang digunakan untuk membuat Angklung tidak bisa sembarangan karena biasanya bambu yang bisa digunakan ialah bambu Awi Wulung(alias bambu hitam) dan Awi Temen (alias bambu putih) penyebutan orang sana pada saat itu.
Tiap bilahan bambu tersebut menghasilkan bunyi nada(laras). Angklung disusun dari bilahan bambu dari ukuran terkecil sampai ukuran terbesar.
Baca Juga: Beda Dari yang Lain! 5 Wisata Alam Unik di Kalimantan Timur Ini Sangat Cocok Untuk Healing
Selain digunakan untuk memanggil Dewi Padi pada zaman kerjaan Sunda, Angklung juga digunakan sebagai penggugah semangat dalam pertempuran.
Angklung sebagai pemompa masyarakat Sunda masih terasa sampai di zaman penjajahan Hindia Belanda.
Sehingga pemerintahan Hindia Belanda melarang masyarakat menggunakan Angklung dan menyebabkan popularitas Angklung menurun serta hanya anak-anak yang diperbolehkan untuk memainkan Angklung.
Baca Juga: Squad Resmi Timnas Argentina Di Piala Dunia 2022 Qatar
Angklung juga tidak hanya digunakan pada saat menanam padi saja pada saat panen pun tetap dipersembahkan permainan Angklung.
Pada tahun 1996, Angklung mulai menyebar ke daerah Jawa, Kalimantan serta Sumatera.***