Baca Juga: Tampil Cantik dengan Gaun Pengantin, Maudy Ayunda Dikabarkan Resmi Menikah
Giovanni van Bronckhorst menandatangani kontrak dengan klub Arsenal pada tahun 2001 dan mendukung kemenangan The Gunners pada musim 2001/2002 juga memenangkan Piala FA pada musim berikutnya.
Ia bermain di klub Arsenal hingga 2004-2005 sebelum akhirnya berpindah ke klub Barcelona. Tahun 2004 Gio bermain untuk klub Barcelona dan memenangkan Liga Champions 2006 dan juga memenangkan 2 gelar La Liga.
Tahun 2008 Gio bermain untuk timnas Belanda melawan Italia dimana ia melakukan asis, mencetak gol, mengambil bola dari garis. Namun kemenangnan demi kemenangan timnas Belanda terhenti di piala UEFA Euro 2008 saat melawan timnas Russia yang saat itu dilatih oleh Guus Hiddink mantan pelatih timnas Belanda.
Sesaat setelah momen kekalahan tersebut, Van Marwijk yang saat itu menjadi pelatih timnas Belanda juga merupakan mantan pelatih Gio saat ia bermain di klub Feyenoord di tahun 2007-2008 memilih Gio untuk menjadi kapten timnas Belanda menggantikan Edwin van der Sar.
Baca Juga: 5 Drama Thailand yang Mendapat Rating Tinggi Minggu Keempat Bulan Mei 2022
Gio mencatatkan 106 kali turnamen internasional mengakhiri karirnya dengan kembali ke Feyenoord dan memenangkan Piala KNVB dan bermain terakhir kalinya sebagai kapten untuk timnas Belanda saat kalah melawan Spanyol di final Piala Dunia di tahun 2010.
Fridus Steijlen, seorang profesor budaya Maluku di VU University di Amsterdam, telah meneliti keluarga Van Bronckhorst dan melekatkan arti penting pada akar keluarganya.
Steijlen menemukan bahwa kakek-nenek Gio merupakan bagian dari diaspora orang Maluku ke Belanda di tahun 1951.
Keluarganya adalah migran pascakolonial yang meninggalkan republik Indonesia pada 1950-an, dan pertama kali tinggal di Den Haag.
Baca Juga: Link Nonton Drama Cina 'Hello The Sharpshooter' Episode 2, Dibintangi oleh Hu Yi Tian
“Mereka tidak benar-benar didukung oleh pemerintah Belanda sehingga ada keinginan di antara orang Maluku untuk mulai meraih kesuksesan dalam hidup,” kata Steijlen.
“Jika ingin memahami performa dan ketangguhan Giovanni maka lihatlah masyarakat Maluku. Mereka datang ke negara Belanda ini dan, setelah menyadari bahwa mereka tinggal tidak sementara di negara ini, mulai mengatur diri mereka sendiri." tutur Steijlen.
Giovanni van Bronckhorst sempat magang di klub Feyenoord di tahun 2011, setahun setelah ia memtuskan untuk gantung sepatu sebelum mengambil alih sebagai manajer pada tahun 2015.
Dia kembali ke klub masa kecilnya dimana ia menjadi asisten Ronald Koeman. Ketika penerus Koeman, Fred Rutten tidak dapat membantu Feyenoord membuat klub menjadi juara, Giovanni Van Bronckhorst dipromosikan.