Pasti tidak asing lagi dengan menu olahan ikan lele yang satu ini. Mangut lele ini diolah dengan cara diasap bukan digoreng. Tujuannya agar lele lebih tahan lama dan tidak cepat berbau.
Bumbu mangut lele terdiri dari bawang merah, bawang putih, cabai merah, kemiri dan jahe diulek pada cobek.
Bumbu yang sudah dihaluskan akan mengeluarkan minyak dengan proses pengulekan dan menjadikan aroma yang menggoda pengunjung.
Proses selanjutnya adalah proses menumis bumbu yang sudah dihaluskan dengan gula merah, cabai merah besar, daun salam, daun jeruk, serai serta lengkuas.
Baca Juga: Danau Kaco di Kabupaten Kerinci, Destinasi Wisata Alam yang Keindahannya Bagai Surga Tersembunyi!
Bila aromanya sudah keluar, lalu ditambahkan santan serta lele yang sudah diasap di perapian tadi. Dilanjut proses dipanasi di atas luweng, kuah ditunggu hingga mengental.
Proses ini untuk menjamin bumbu dapat meresap dengan sempurna ke seluruh bagian tubuh lele.
Cukup rumit memang memasak menu mangut lele, butuh ketelatenan yang diperlukan agar mendapatkan hasil cita rasa yang sempurna.
Itulah yang ingin ditunjukkan Mbah Marto ke pengunjung, perempuan yang saat ini sudah berusia 90-an tahun yang masih saja cermat meracik aneka bumbu dan bahan yang terbangun dari pengalaman panjang dalam memasak dan menjual mangut lele.
Baca Juga: Arema FC Terima Sanksi Akibat Kerusuhan Mengerikan di Stadion Kanjuruhan Malang
Di warung makan Mbah Marto ini pengunjung hanya diperbolehkan mengambil makanannya sendiri.
Bebas dengan lauk atau sayur apa, dipastikan pas transaksi disebutkan tambahan lauk apa yang diambil.
Kuah mangut lele berwarna kuning keorange-an dengan rasa gurih pedas yang membuat nikmat pengunjung.
Tidak heran bila ada para pengunjung yang tak malu melumati sisa daging lele atau kepala lele tersebut.
Baca Juga: Air Terjun Riam Merasap di Kalimantan Barat, Destinasi Wisata Alam Bak Miniatur Air Terjun Niagara!