Hingga sutu hari Tapi Nauasan Siboru Panaluan melihat sebuah pohon dengan buah yang sangat lebat.
Akhirnya Nauasan meminta saudara kembarnya yaitu Aji Donda untuk mengambil buah yang ada di pohon tersebut. Namun saat mengambil buah tersebut, Aji Donda tiba-tiba tersedot dalam phon tersebut dan hanya kepalanya saja yang tidak tersedot.
Saat Nauasan mencoba menyelamatakan saudara kembarya ia juga memiliki nasib yang sama tersedot juga.
Anjing peliharaan yang setiap menemani mereka langsung berlari untuk memberitahu Guru Hatia dan Nan Sindak.
Melihat hal tersebut, orang tua anak kembar ini langsung bergegas ke hutan.
Saat tiba di hutan kedua orang tua ini sangat terkejut kalau tubuh anak kembarnya telah tersedot ke dalam pohon dan hanya menyisakan kepalanya.
Saat kedua orang tua ini mencoba memanggil datu, hasilnya juga sama para datu juga tersedot dalam pohon tersebut.
Total ada 4 datu yang tersedot dalam pohon tersebut, hingga akhirnya orang tua sikembar mencoba memanggil Datu Prapansa Ginjang.
Saat tiba di hutan datu Prapansa langsung melakukan ritual dengan diiringi tarian tor - ror selanjutnya Prapansa langsung menebang pohon yang berisi orang - orang yang tersedot dan diukur dengan wajah menyerupai orang - orang yang tersedot salah satunya anak kembar Guru Hatia dan Nan Sindak.
Pohon yang ditebang tadi diukir dengan wajah anak kembar mereka dan para datu yang berusaha menolong anak mereka di bawa ke kampung untuk menghibur Guru Hatia dan Nan Sindak yang kehilangan anak kembar mereka.***