Perbuatan Nyai Endit ini sangatlah merugikan masyarakat yang hidup di desa tersebut.
Harta berlimpah yang dimilikinya hanya membuat Nyai Endit semakin pelit dan hanya mementingkan dirinya sendiri.
Setiap kali ada warga yang datang meminta bantuan, ia akan menolaknya dengan angkuh.
Nyai Endit lebih senang menghabiskan dan memamerkan harta nya pada penduduk setempat dengan sombong.
Baca Juga: 3 Rekomendasi Wisata Gratis di Jakarta, Nomor Dua Adem Banget
Pesta yang Nyai Endit adakan selalu saja mendatangkan perkara bagi penduduk sekitar.
Diantaranya membuat penduduk desa kelaparan karena mereka mulai kehabisan bahan makanan.
Namun, disisi lain Nyai Endit terus mengadakan pesta meriah dengan makanan mewah.
Di saat musim kemarau tiba, pada suatu hari yang sangat terik, Nyai Endit kembali mengadakan pesta yang amat besar.
Hal ini membuat penduduk setempat merasa khawatir akan persediaan beras mereka yang akan segera habis.
Ditengah meriahnya pesta yang diadakannya itu, dari kejauhan datanglah seorang pengemis tua. Ia memakai pakaian compang-camping dan celana yang lusuh.
Pengemis itu berjalan terbungkuk-bungkuk melewati rumah penduduk dengan tatapan iba dan menemui Nyai Endit di rumahnya.
Nyai Endit yang melihat pengemis itu merasa terganggu, Ia pun berusaha memanggil penjaga untuk mengusir pengemis itu dari rumahnya.