Hari pun berganti, saat Nyai Endit keluar dari rumah ia menemukan sebuah tongkat yang tertancap di tanah.
Kemudian, ia meminta penjaga dan warga sekitar untuk mencabut tongkat tersebut. Namun, tak ada seorangpun warga yang berhasil mencabutnya.
Lalu, Nyai Endit merasa geram ketika dirinya tidak sengaja kembali melihat pengemis tua itu di antara kerumunan warga.
Nyai Endit menuduh pengemis itu yang telah menancapkan tongkat di atas tanah.
Baca Juga: Kumpulan Puisi Tema Hari Sumpah Pemuda, Cocok Digunakan untuk Tugas Sekolah atau Lomba Baca Puisi
Ia kemudian meminta si pengemis itu untuk mencabut tongkat dan memintanya untuk segera angkat kaki dari desanya.
Pengemis tua itu mengabulkan permintaan Nyai Endit dan segera mencabut tongkat tersebut. Warga pun terheran-heran mengapa pengemis itu mampu melakukannya.
Setelah dicabut tiba-tiba saja keluar air yang terus mengalir dari tempat tersebut. Air itu terus mengalir tanpa henti.
Semakin lama aliran itu semakin berhasil meninggi hingga memenuhi dan menenggelamkan tempat itu.
Baca Juga: Hasil Drawing Piala Asia U20 2023: Indonesia Satu Grup Dengan Uzbekistan
Semua penduduk desa bergegas untuk menyelamatkan diri dengan mengungsi mencari tempat yang lebih aman.
Namun berbeda dengan yang lain, Nyai Endit enggan melepaskan hartanya meskipun air semakin tinggi.
Ia lebih memilih untuk bertahan di rumahnya dengan harta dan perhiasan mewahnya. Hingga pada akhirnya, ia pun tenggelam bersama rumah dan isinya.
Tempat tersebut kemudian berubah menjadi sebuah danau yang kemudian dinamakan Situ Bagendit.
Baca Juga: Yuk Bahas! Spesifikasi iPhone 11 vs iPhone 12 Mana yang Lebih Unggul?