Membuat danau ini memiliki air yang lebih tawar jika dibandingkan dengan air laut yang ada di sekitarnya.
Baca Juga: Catat! Ini Dia 3 Tempat Wisata Gratis di Jakarta dengan Playground dan Spot Foto Instagramable
Selama ribuan tahun air laut terjebak di tengah Danau Kakaban ini tentunya membuat perubahan, yakni terciptanya suatu ekosistem tersendiri yang sangat unik.
Perubahan ini pun berdampak pada proses penyesuaian diri dari para fauna laut yang hidup di dalam Danau Kakaban, salah satunya adalah ubur-ubur.
Adapun di danau ini terdapat setidaknya empat jenis ubur-ubur, salah satunya adalah ubur-ubur jenis Cassiopea.
Karena berevolusi menjadi air tawar membuat ubur-ubur kekurangan sumber bahan makanan.
Oleh karena itu mereka kemudian beradaptasi dengan cara melakukan simbiosis mutualisme dengan algae.
Algae sendiri merupakan salah satu spesies yang dapat memproduksi makanannya sendiri dengan bantuan sinar matahari.
Ubur-ubur yang tinggal di Danau Kakaban menempatkan algae pada kakinya. Ubur-ubur pun berjalan terbaik dengan kaki ke atas dan kepala ke bawah.
Ini bertujuan agar ganggang dapat memperoleh cahaya matahari untuk memproduksi makanan.
Baca Juga: Ladies Wajib Tahu Nih, Masa Kadaluarsa Produk Skincare Jangan Sampai Dipake
Karena cara berjalannya yang unik, maka para ilmuwan dan penyelam tertarik untuk mengetahui evolusi terhadap fauna laut yang berusaha beradaptasi untuk bertahan hidup di Danau Kakaban.
Beberapa catatan dari para penyelam juga menyebutkan ketika hari semakin gelap, fauna laut yang berada di danau ini akan semakin mengeluarkan cahaya yang berwarna-warni.
Sehingga menimbulkan dugaan akan dijumpai jenis fauna laut yang baru di Danau Kakaban ini.